Catatan Rizal Effendi : Stem Cell Halal dari Tali Pusat

Gedung Laboratorium SCCR di Gunung Pati, Semarang

Kotanusantara.id, HARI Minggu (2/2)  yang sehat. Saya diundang SCCR Indonesia mengikuti seminar kesehatan bertema “Long Life with Stem Cells” di Lantai 8 Hotel Jatra Balikpapan. Pesertanya cukup banyak, di atas 100-an orang. Beragam latar profesi. Ada dokter, manajer rumah sakit, pengusaha sampai ibu rumah tangga.

Yang membuka Staf Ahli Gubernur Kaltim AFF Sembiring. Saya didaulatnya ikut memberi sambutan. Padahal saya bukan Pak Wali lagi. Saya datang karena diundang Fitri Ekadinanti dari SCCR. Saya bilang seminar kali ini menarik. Rasanya baru pertama kali di Balikpapan ada seminar yang mengupas masalah stem cell. Informasi ini sangat penting, apalagi Balikpapan sudah jadi kota penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN).

Staf Ahli Gubernur AFF Sembiring (kiri), tim SCCR bersama peserta seminar stem cell lainnya

Saya sendiri juga baru tahu ada SCCR. Lengkapnya PT SCCR Indonesia. Kepanjangan SCCR adalah Stem Cell and Cancer Research. Didirikan oleh Prof Dr dr Agung Putra, M.Si sejak bulan Juni 2013. Ruang lingkup kerjanya mencakup penelitian dan pengembangan stem cell. Sayang Prof Agung urung datang ke Balikpapan karena kesibukan lain.

“Silakan jika Pak Sembiring dan Pak Wali berkenan datang ke labarotarium kami di Gunung Pati Semarang,” kata Dr dr Sugeng Ibrahim, M.Biomed, AIFO-K, salah seorang pembicara dari SCCR. Selain itu ada dr Rita Agustina, M.Biomed; dan dr Agus Widiyatmoko, M.Sc, Sp.PD.

Dr Sugeng adalah dokter kepala Departemen Cancer SCCR. Sedang dr Rita adalah Director of Strategy & New Ventures & Coorporate Service. Dia didampingi Bambang Mulyadi dari marketing SCCR.

Yang menarik salah satu gelar mereka “M.Biomed.” Jarang terdengar. Itu gelar Magister Ilmu Biomedik atau Biomedis. Bidang studi yang berfokus pada bidang biologi dan kimia yang relevan dengan perawat kesehatan. Di antaranya mempelajari histologi dan biologi sel, biokimia, fisiologi, farmakologi, kedokteran molekuler, reproduksi manusia sampai masalah parasitologi.

Saat ini SCCR juga memiliki perguruan tinggi. Namanya Institut Karya Mulia Bangsa, yang akan beralih status menjadi Universitas Agung Putra Indonesia. Program studi utamanya adalah S1 Ilmu Biomedis dan S1 Bioteknologi. Kampusnya jadi satu di Gunung Pati.

Menurut AFF Sembiring, stem cell di Indonesia agak terlambat. Karena berbagai negara sudah lama mengembangkannya sebagai terapi kesehatan baru. Dia sendiri sangat berminat untuk menjalani terapi stem cell. “Mudah-mudahan ada rezeki. Soalnya saya ada gangguan jantung,” katanya terbuka.

Bicara soal stem cell, saya jadi teringat dua tokoh populer di Tanah Air. Yaitu dr Terawan Agus Putranto dan bos saya, Dahlan Iskan, wartawan yang pernah menjadi dirut PLN dan menteri BUMN.

Dahlan sudah belasan kali melaksanakan terapi stem cell di Unair Surabaya. Malah dia menyodorkan diri sebagai salah satu pasien percobaan untuk riset stem cell.  Dia mengakui terapinya berhasil dan tidak mengalami kendala. Ia terinspirasi Dr Mahathir Mohammad, mantan perdana menteri Malaysia yang tampak muda dan tetap enerjik meski usianya sudah 90 tahunan. Ternyata dia juga menjalani terapi yang sama.

Dokter Terawan,  kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) sempat membuat heboh dunia kedokteran. Pada tahun 2010 dokter lulusan UGM ini mengembangkan metode kontroversialnya, yakni mencuci otak untuk menyembuhkan penderita stroke. Lalu menerapkan pengobatan terbarunya seperti terapi stem cell.

Meski sempat dipecat oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI),  nama Terawan terus melambung dan banyak tokoh elite nasional yang berobat kepadanya. Malah dia dipromosikan menjadi menteri kesehatan oleh Presiden Jokowi dengan pangkat terakhir bintang 3 atau Letjen TNI.

Dari pemutaran video, saya lihat ada sejumlah tokoh datang ke pusat laboratorium stem cell SCCR di Semarang. Di antaranya Prof Mahfud MD, mantan menko polhukam dan cawapres 2024. Dia tampak serius mengikuti penjelasan Prof Agung Putra.

Prof Mahfud MD mendapat penjelasan dari Prof dr Agung Putra di Lab SCCR Semarang

“Saya merasa bangga ada anak bangsa yang visinya jauh ke depan secara berkeadaban, kesehatan dan keimanan. Apa yang dibangun Prof Agung tidak kalah seperti yang dibangun di dunia Barat,” kata Mahfud.

Dahlan Iskan dan Prof Mahfud termasuk pengusaha Aburizal Bakrie dan bahkan Presiden Prabowo Subianto termasuk pasien dr Terawan. Malah di tahun 2009 dr Terawan masuk dalam Tim Dokter Kepresidenan.

STEM CELL ATAU STENGKEL?

Dokter Rita Agustina dan dr Sugeng menjelaskan, stem cell merupakan sel dengan kemampuan untuk memperbarui dirinya sendiri dan berdiferensiasi menjadi jenis sel apa pun untuk memperbaiki jaringan yang rusak di dalam tubuh.

Pembicara Stem Cells dari SCCR, yaitu Dr Sugeng Ibrahim, dr Agus Widiyatmoko, dan dr Rita Agustina

Stem cell dapat diperoleh dari berbagai sumber. Bisa dari embrio, tali pusat, air ketuban, jaringan lemak dan sumsum tulang belakang. Stem cell bisa diambil dari dalam tubuh sendiri (transplantasi autolog), bisa juga menggunakan sel punca dari donor.

Menurut dr Rita, SCCR lebih mengembangkan mesenchymal stem cells (MSCs) dan bukan hematopoietic stem cells. MSCs sumbernya diambil dari tali pusat, bukan darah.  Karena itu risiko penolakan ke tubuh siapa saja rendah.  “Juga hasil dari Forum Bahtsul Masail dinyatakan halal,” jelasnya.

Dia menegaskan tidak semua tali pusat mempunyai sel yang berkualitas. Mereka bekerjasama dengan rumah sakit bersalin untuk mendapatkan tali pusat lalu dilakukan penyeleksian. Stem cell yang berkualitas yang berstatus sebagai induk bisa disimpan ratusan tahun di bawah suhu sangat dingin. Dan bisa dipergunakan berkali-kali.

Manfaat terapi stem cell dapat menyembuhkan sejumlah penyakit di antaranya diabetes, gagal ginjal, penyakit autoimun, stroke, autism dan meredakan inflamasi akut dan kronis.

Terapi stem cell juga menjadi salah satu prosedur untuk mengobati berbagai jenis kanker  darah seperti leukemia, limfoma, dan multiple myeloma.

Bagi ibu atau kaum wanita yang ingin menjaga kesehatan wajah dan kulitnya, maka terapi stem cell juga bisa dilakukan. Kulit kembali segar dan muda. “Bahkan terapi stem cell juga bisa mengatasi kebotakan bapak-bapak,” kata dr Rita.

Berkaitan dengan perawatan kulit dan rambut, SCCR mengembangkan program berbasis Advanced Therapeutic Medicinal Products. Yaitu menggunakan stem cells, secretome, dan PRP yang dilakukan dengan teknik yang terbukti secara ilmiah dan rasa sakit yang minimal.

Menurut Dr Sugeng, SCCR juga mengembangkan program CTL atau Cytotoxic T-Lymphocyte. Ini program menghancurkan kanker.  CTL merupakan sel imun dengan kemampuan untuk menginfiltrasi dan membunuh sel kanker.

Beberapa jenis kanker yang bisa diatasi CTL di antaranya kanker payudara, kanker paru-paru, kanker liver, kanker kolorektal, kanker ovarium, kanker prostat, dan kanker rahim.

“CTL kami produksi berdasarkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan halal berdasarkan Forum Bahtsul Masail,” kata Sugeng.

Dalam brosur yang dibagikan kepada peserta yang hadir, SCCR juga memproduksi kapsul suplemen Natural Bioactive dan Nano Alkaline Water SCCR.

Ada yang bertanya soal berapa dana yang harus dikeluarkan jika mengikuti program terapi stem cell? Sepertinya ini yang menjadi tantangan. Soalnya bervariasi tergantung kondisi pasien dan jenis penyakit yang dirawat. Bisa puluhan juta, bisa juga ratusan juta.

Ketika pulang dari seminar, ada teman yang bertanya kepada saya. Dia setengah bercanda. Apa bedanya stem cell dengan stengkel? Ternyata dia mengajak saya makan sop stengkel. Maklum sudah lapar.

Stengkel atau sengkel adalah bagian depan atas dari kaki sapi. Daging sengkel cocok diolah menjadi sop, bakso urat atau aneka jenis soto. Terapi juga untuk kepentingan perut dan cita rasa. He..he.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait