Sudah 11 Orang Diperiksa, Mahasiswa dan Aktivis Lingkungan Tuntut Diusut Tuntas

DUKUNG PERJUANGAN. Protes datang dari massa yang mengatasnamakan, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kaltim, bersama Koalisi Masyarakat Sipil dan sejumlah mahasiswa.

Kotanusantara.id, KALTIM – TIGA hari pasca penyerangan terhadap dua warga di RT 6, Dusun Muara Kate, Desa Muara Langon, Kecamatan Muara Komam, situasi Kabupaten Paser dikabarkan dalam keadaan kondusif, Senin (18/11).

Hal itu ditegaskan Kapolres Paser, AKBP Novy Adi Nathaniel yang dikonfirmasi media ini melalui sambungan telepon WhatsApp.

“Kondisi sekarang tetap kondusif. Tidak seperti yang dikabarkan di medis sosial,” katanya.

Ditanya apakah ada pergerakan massa dari kelompok tertentu. Novy dengan tegas menyatakan tidak ada. “Tidak ada pergerakan massa. Aktivitas masyarakat juga biasa saja,” tegasnya.

Di luar situasi Kabupaten Paser pasca kejadian tersebut, Novy, yang ditanya mengenai hasil penyelidikan pelaku penyerangan menyampaikan, sejauh ini anggotanya masih berada di lapangan untuk melakukan penyelidikan. “Teman-teman krimum masih mengejar,” tegasnya lagi.

Ditanya perihal saksi yang dimintai keterangan. Novy menjawab, pihaknya telah memeriksa 11 orang saksi. “Dan tidak menutup kemungkinan bertambah,” tutupnya.

Diberitakan sebelumnya, tragedi berdarah memicu konflik baru antara masyarakat dengan perusahaan tambang batu bara di Dusun Muara Kate, Desa Muara Langin, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser, Jumat Subuh (15/11) lalu.

Penyebabnya dua warga yang diketahui merupakan tokoh adat setempat, menjadi korban penyerangan dengan menggunakan senjata tajam (sajam).

Akibat penyerangan itu seorang warga bernama Rusel (60), tewas. Sementara satu warga lainnya yakni Ansouka alias Anson (55), kritis lantaran mengalami luka bacok di leher sebelah kanan.

Belum diketahui siapa pelaku penyerangan terhadap kedua warga tersebut, karena minimnya informasi di TKP yang merupakan rumah sekaligus pos jaga, yang juga digunakan untuk menghalau melintasnya hauling truk bermuatan batu bara.

PROTES AKTIVIS DARI SAMARINDA

Dari Samarinda, protes datang dari massa yang mengatasnamakan, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kaltim, bersama Koalisi Masyarakat Sipil dan sejumlah mahasiswa. Mereka  menyuarakan kekecewaannya atas insiden penyerangan terhadpa warga di Paser, di depan Kantor Gubernur Kaltim, Senin (18/11) kemarin.

“Apa yang dilakukan almarhum itu merupakan tugas-tugas negara dalam memberikan rasa aman dan tentram pada rakyatnya. Abai negara ini,” ucap Perwakilan KMS Kaltim, Buyung Marajo, yang juga Aktifis Pokja 30 Kaltim ini.

Menurutnya jelang pemungutan suara di Pilkada Serentak 2024, para calon yang bertanding tak sedikit pun menjanjikan jaminan keselamatan masyarakat dari konflik sosial ini.

Mundur beberapa hari sebelumnya. Bergeser ke lokasi lain namun masih di kawasan Muara Komam. Tepatnya pada 26 Oktober 2024, perempuan muda berumur 20 tahun juga meregang nyawa karena terlindas truk roda 10 yang mengangkut emas hitam yang tak kuat menanjak ketika melewati jalan umum.

Dalam aksi ini, Juru bicara KMS, Dede menyebutkan, aksi kali ini bukan sekadar solidaritas atas kasus yang terjadi tapi mereka turut menyuarakan amarah dan kekecewaan masyarakat karena ketidaktegasan Pemerintah Provinsi Kaltim dan Pemerintah Kabupaten Paser menyikapi konflik antara tambang dan masyarakat di tanah Etam. “Kasus ini bukan baru terjadi. Sudah ada kasus-kasus serupa sebelumnya,” tegasnya.

Selain itu mereka menilai aparat kepolisian lalai dan gagal menindak tegas masalah yang terjadi. “Buktinya kepolisian tak bisa memberikan hasil akan konflik yang terus mengangga,” paparnya.

Tidak hanya itu, ia juga menuntut kepada Kapolres Paser, agar dicopot dari jabatannya. Menurutnya, ini bukti ketidakseriusan pemerintah dan aparat penegak hukum dalam menyelesaikan masalah ini. “Kami juga menuntut agar Kapolda dan Kapolres Paser bisa dicopot, lantaran pembiaran terhadap penegakkan hukum,” jelasnya.

Dede meminta kepada pemerintah atau pemangku kebijakan, untuk mengusut tuntas kasus ini hingga selesai, agar hal serupa tidak terjadi di masa yang akan datang.

“Pemerintah jangan hanya bisa lempar tanggung jawab, selesaikan masalah ini sampai tuntas. Kami di sini membersamai kawan-kawan yang ada di Paser, lewat perjuangan ini,” tutupnya.

Adapun dari rekam data milik Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim, konflik warga di Paser dan perusahaan pertambangan sempat memuncak akhir Desember 2023 ketika warga Batu Kajang, Paser memblokade lalu lintas truk-truk pengangkut batu bara melintasi kawasan tersebut.

Dua hari berselang, ungkap Dinamisator Jatam Kaltim, Mareta Sari setelah peristiwa terlindasnya pendeta Veronika Fitriani akhir Oktober lalu, pemerintah daerah menjanjikan akan menghentikan aktivitas hauling di jalan umum. Namun di realitas, hal itu tak kunjung ditegakkan.

Pemblokiran dipilih karena tidak adanya upaya yang diambil otoritas setempat. “Pembiaran ini yang menjadi celah perusahaan tambang melakukan pelanggaran dan memercik konflik sosial dengan masyarakat,” sebutnya.

Jatam bersama KMS yang melakukan protes pun meminta ketegasan pemerintah pusat dalam menyikapi situasi ini. Sebab, masyarakat pun tak akan tinggal diam jika ketegasan pemerintah tidak ada dan hanya melempar tanggungjawab. (oke/mrf/nha)

 

Sapos.co.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait