Kotanusantara.id, JAKARTA. Ardy Purnomo, yang akrab dipanggil Dymo, Sekretaris Jenderal Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HATSINDO), mengungkapkan keprihatinannya atas peretasan data pada Pusat Data Nasional (PDN) di Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang baru saja terjadi.
Insiden ini telah memberikan dampak signifikan bagi para pelaku sektor jasa konstruksi di Indonesia. Dalam pernyataannya, Dymo menjelaskan bahwa peretasan tersebut menyebabkan terganggunya layanan sertifikasi di sektor jasa konstruksi.
“Keamanan siber adalah aspek penting dalam menjaga integritas dan kepercayaan di industri apa pun, terutama di sektor konstruksi yang sangat bergantung pada data akurat dan rahasia,” ujar Dymo. Dymo menekankan pentingnya tindakan cepat dan strategis dari pihak pemerintah dan BSSN untuk mengurangi dampak dari insiden ini. Beberapa langkah yang diusulkan antara lain:
1. Audit Keamanan Siber Menyeluruh: Melakukan audit mendalam terhadap sistem keamanan siber PDN untuk mengidentifikasi kelemahan dan celah yang ada.
2. Peningkatan Proteksi Data: Mengimplementasikan teknologi keamanan terbaru untuk memperkuat proteksi data, termasuk enkripsi data dan sistem deteksi intrusi yang lebih canggih, serta backup sistem data.
3. Pelatihan dan Kesadaran: Mengadakan program pelatihan dan peningkatan kesadaran bagi semua pihak terkait, khususnya dalam sektor konstruksi, mengenai pentingnya keamanan siber dan langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil.
4. Kolaborasi dengan Pakar Keamanan Siber: Mengajak para ahli keamanan siber untuk bekerja sama dalam merumuskan strategi yang lebih komprehensif guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Dymo juga mengimbau seluruh pelaku sektor jasa konstruksi untuk lebih waspada dan proaktif dalam melindungi data mereka.
“Perusahaan dan Tenaga Ahli Konstruksi harus mulai mengadopsi kebijakan keamanan siber yang ketat, termasuk melakukan pembaruan sistem secara berkala, memonitor aktivitas jaringan, dan memastikan semua karyawan memahami pentingnya praktik keamanan yang baik,” ujarnya.
Insiden ini, menurut Dymo, harus menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk lebih serius dalam menangani isu keamanan siber.
“Di era digital ini, data adalah aset yang sangat berharga. Kehilangan atau kebocoran data tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga dapat merusak reputasi dan kepercayaan yang telah dibangun selama bertahun-tahun,” tegasnya.
Dymo berharap, dengan upaya bersama dari pemerintah, BSSN, dan pelaku industri, masalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan Indonesia dapat meningkatkan ketahanan siber di masa depan.
Sapos.co.id